Selasa, 22 Januari 2013

Untuk kamu, apa sih yang ga boleh?



by sihijau




Perjalanan kita dimulai saat aku dan kamu berkenalan.



“Apa yang ada dipikiran kamu sih?” tanyanya marah

“ Aku? Apa kamu ingat perkenalan kita?” jawabku sabar.

“ Apa sih kamu?” balasnya bingung.

Aku pegang tangannya, ia menepiskan tanganku. Perlahan, ia luluh, aku peluk dirinya, dan mendekapnya dalam dekat dadaku. Aku elus rambut panjangnya. Air mata terasa membasahi kemeja kerjaku.

“ Maafkan aku ya..” kataku pelan.

Dia dorong tubuhku. Menatapku, bagaikan aku pria paling jahat baginya. Aku tatap matanya, ia berpaling. Lalu, pergi meninggalkanku seorang diri.



*****

Beberapa hari berlalu, aku berusaha menghubunginya hampir setiap hari, setiap jam, namun tak kunjung ia balas panggilanku. Apakah aku menyesal? Tidak, aku hanya merindukannya.

Aku tunggu dirinya di depan pintu apartemennya. Aku duduk sambil berusaha tetap menghubunginya. Semoga malam ini aku bisa berbicara padanya. Semoga malam ini ia bisa memaafkan aku. Pikiraku tak berhenti berkecamuk.

Tak lama, ia datang, berdiri di depanku persis.

Aku bangkit dari dudukku, menatap matanya sejenak, dan akhirnya ia membalas tatapan mataku.

Aku memeluknya dan berbisik, “Maafkan aku!” Diam.

“ bolehkah kamu melakukan sesuatu untuk aku?” tanyanya.

“ Apapun sayang. Untuk kamu, apa sih yang ga boleh? Aku hanya ingin kita kembali lagi seperti dulu,” jawabku tersenyum.

Ia palingkan wajahnya sejenak, lalu menatap kembali mataku.

“ Hentikan cerita tentang kita. Buat itu berakhir. Aku ingin kita berakhir,” jawabnya pelan.

“ Hah?”

“ Kau yang menuliskan kisah tentang kita, pertemuan kita, apa yang ada dipikiranku, dan semuanya. Aku tak bisa lagi jadi tokoh fiksimu. Aku tak bisa lagi ada di dunia nyatamu. Aku hanya ingin kembali ke titik dimana kamu tidak menciptakan aku. Buatlah cerita ini berakhir. Buatlah aku kembali ke dunia bukan apa-apa.”

“ Kenapa? Kau lupa pertemuan indah kita?”
“ STOP! Maafkan aku, aku tidak nyata! Ingat aku hanya fiksimu! Aku mohon, buatlah berakhir.”

Ia keluarkan tumpukan kertas yang berisi cerita tentang aku dan dia.

“ Ini semua tidak nyata. Aku tidak nyata. Kamu berhak untuk cinta yang nyata. Kamu berhak bersama dia. Bukan bersama aku.”

“ Maafkan aku! Aku tidak ada maksud dengan dia.”

“ Kau punya cinta dengan dia. Bukan dengan aku. Selesaikan sekarang. Tokoh aku sudah berakhir,” katanya pelan sambil menatap erat mataku.

Aku ambil tumpukan kertas itu darinya, lalu menatap matanya dan mulai menulis dengan ragu, mengakhiri kisah aku dan dirinya.

Hari itu, Lena tak lagi kembali dihadapanku. Ia menghilang dan pergi membiarkan aku bersatu dengan Rani. Lalu….

Aku tatap dirinya yang mulai pergi dari diriku, apartemennya menjadi ruang kerjaku, dan aku duduk menatap laptopku. The End.

Aku akan merindukanmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar