Rabu, 13 November 2013

Jejaring Kesembuhan

Posted by: gedeprama | 18 October 2013 @blogdetik.com


Tidak ada manusia yang berdoa agar sakit. Kendati demikian, di setiap pojokan kehidupan hadir penderitaan. Bisa dimaklumi kalau organisasi kesehatan dunia WHO meramalkan, di tahun 2020 sakit mental akan jauh lebih mengkhawatirkan.

Daun Kering Rasa Sakit

Di Barat sana di mana ilmu pengetahuan dan teknologi tumbuh demikian pesatnya, sudah mulai banyak pakar kesehatan yang menyadari bahwa sakit fisik serupa daun kering di permukaan. Tatkala tubuh sakit, memang terjadi ketidakseimbangan kimiawi di dalam, yang membuat dokter khususnya mengintervensinya dengan obat kimia. Sesuatu yang layak dihormati.

Sayangnya, intervensi kimiawi saja kerap bernasib serupa daun kering yang hanya disirami daunnya saja. Batang apa lagi akarnya jarang sekali disentuh oleh langkah-langkah kesembuhan. Ini yang menjelaskan, bahkan di negara seperti Amerika Serikat pun sakit mental menakutkan. Riset kebahagiaan dunia di tahun 2012 menunjukkan, AS bahkan tidak masuk dalam sepuluh besar bangsa yang bahagia.

Padahal perusahaan farmasi, penelitian farmasi, dokter semuanya berlimpah di sana. Ini menghadirkan bahan renungan, kita memerlukan pengetahuan lebih dalam dari sekadar daun berupa sakit fisik.

Batang Pohon Kering Emosi

Dulu sekali, biologi dan psikologi adalah dua disiplin yang sulit ketemu. Tapi belakangan, hubungan keduanya sangat erat. Meminjam penemuan psikoterapis berpengalaman dari Washington bernama Kari Joys, ketegangan dalam tubuh terkait erat dengan ketidakseimbangan emosi seseorang.

Ketegangan di perut, dekat dengan rasa marah dan takut. Ketegangan di dada terkait dengan kesedihan. Ketegangan di punggung belakang berhubungan dengan rasa frustrasi. Terang sekali kelihatan, ada bibit-bibit emosi dalam rasa sakit fisik.

Intervensi kimiawi lewat obat memang membantu. Seperti menyirami daun kering, air yang disiramkan tentu saja membantu. Tapi ia sangat sementara sekaligus sangat di permukaan. Apa yang dilakukan psikoterapi berpengalaman seperti Kari Joys, ia mulai mengintegrasikan pengetahuan dan spiritualitas. Rasa sakit fisik daunnya, ketidakseimbangan emosi batangnya, akarnya adalah keterhubungan spiritual.

Akar Berupa Keterhubungan Spiritual

Fritjof Capra di fisika, Gregory Bateson di antropologi, Kari Joys di psikologi hanya sebagian kecil ilmuwan yang sudah berjalan jauh dalam mengintegrasikan pengetahuan dan spiritualitas. Tesis orang seperti ini mirip dengan salah satu judul buku Fritjof Capra yakni “The Hidden Connections“. Ada jejaring tersembunyi yang menghubungkan semuanya.

Dalam konteks kesembuhan, jejaring yang menyembuhkan itu bernama sukacita. Perhatikan para sahabat yang terkena penyakit mental kronis, mereka tidak terhubung dengan jejaring kesembuhan yang ada di alam. Akibatnya sangat jauh dari sukacita. Itu sebabnya, meditasi dan penyembuhan spiritual lainnya, kebanyakan terfokus pada upaya agar “terhubung” dengan kekinian.

Di meditasi khususnya, sangat ditekankan tiga langkah penting: “terima, mengalir, tersenyum”, terutama agar segera terhubung. Orang Zen menggunakan medium bertaman, juga karena alasan keterhubungan. Orang Tibet dan Bali ritualnya sebagian menghidupi makhluk di alam bawah, juga karena alasan keterhubungan. Di tingkatan ini, berlaku ungkapan sederhana: “memaafkan adalah bibit kesembuhan, menerima hidup apa adanya adalah menyirami bibitnya dengan air, terhubung sempurna dengan saat ini itu bunga kesembuhan”.

————————————————————

Catatan:

Sebagai bahan-bahan melangkah dalam kesembuhan, layak merenungkan langkah-langkah berikut yang sederhana namun mendalam.

1. Oleh karena kita tidak bisa merubah masa lalu, apa pun yang terjadi belajar untuk memaafkan. Memaafkan memang tidak merubah masa lalu, tapi ia melonggarkan cengkraman memori buruk akan masa lalu. Kemudian sirami bibit memaafkan ini dengan air penerimaan. Indahnya penerimaan, ia membuat seseorang terhubung dengan energi kesembuhan yang tersedia di saat ini.

2. Sekurang-kurangnya tiga kali seminggu nikmati hidup di taman atau ruang terbuka lainnya. Mandikan diri Anda dengan cahaya matahari, belajar melihat “senyuman” bunga, sentuh lembut ibu pertiwi dengan meditasi jalan.

3. Di mana pun Anda berada, terus belajar terhubung dengan menggunakan energi rasa syukur. Didik diri untuk senantiasa melihat sisi-sisi berkah dari kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar