Kamis, 17 Februari 2011

Ketika Anak Memainkan Alat Kelamin

Anak anda yang masih balita senang memegangi atau memainkan alat kelaminnya? Jangan panik dulu! Bukan berarti ada yang salah dengan pola asuh terhadap anak anda. Justru adalah hal normal jika pada usia 3-4 tahun anak senang memegangi alat kelaminnya.

Freud, seorang tokoh psikoanalisis, mencetuskan tahap perkembangan psikoseksual pada anak yang terdiri dari fase oral, anal, phallic, laten, dan genital. Fase phallic merupakan tahap perkembangan anak dengan kondisi alat kelamin mereka menjadi area kenikmatan mereka.
Karena memiliki kenikmatan di area inilah anak menjadi senang memegang-megang alat kelamin mereka. Namun dalam tahap ini anak tidak memiliki orientasi dan fantasi seksual seperti yang dilakukan oleh orang dewasa. Selain itu pada tahap ini sebenarnya anak mulai mengidentifikasi ayah/ibu mereka. Jika sang anak adalah perempuan, maka ia akan mengidentifikasi ibunya; demikian juga sebaliknya. Anak laki-laki misalnya, mereka akan bertingkah-laku seolah-olah seperti ayahnya dan berpikir untuk menikahi ibunya saat ia sudah dewasa nanti. Anak akan mengalami oedipus complex (jatuh cinta kepada ibu) atau electra complex (jatuh cinta kepada ayah), namun nantinya sang anak akan mampu menekan kompleks tersebut ke alam bawah sadarnya (merepresi) di kemudian hari sehingga perasaan tersebut hilang.
Fase phallic ini merupakan salah satu fase yang harus dilalui oleh anak. Fase ini akan berakhir pada usia 6 tahun dan berlanjut pada fase laten, jangan marahi jika anak anda memainkan alat kelaminnya karena dikhawatirkan akan menciptakan trauma dan mengganggu fase phallic ini. Fase perkembangan psikoseksual yang tidak terselesaikan dengan baik akan terbawa terus hingga dewasa. Jika fase phallic ini tidak terselesaikan dengan baik, dikhawatirkan anak akan gemar bermasturbasi saat sudah pubertas atau genit.


Lalu bagaimana sikap orang tua jika anak sedang berada dalam fase ini? Manfaatkanlah kesempatan ini. Mumpung anak sedang fokus dengan alat kelaminnya, ajarkanlah sang anak mengenai pengetahuan alat kelaminnya. Seperti nama alat kelaminnya (kalau penis kenalkan dengan nama penis, jangan dikarang-karang menjadi ’burung’ karena nanti akan menimbulkan kebingungan pada anak), cara menjaga kebersihannya, dan lain-lain. Misalnya kepada anak laki-laki, jelaskan bahwa penis ini berfungsi untuk pipis (buang air kecil), bukan sebagai mainan. Jika dimainkan, penis bisa lecet sehingga akan sakit jika pipis. Dengan demikian, anak akan mengenali alat kelamin mereka dan cara merawatnya tanpa harus mengorbankan masa perkembangan phallic-nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar