Rabu, 20 Oktober 2010

Fenomena Unik antara Rokok dan Si Miskin

Oleh: Asep Rahman | 20 Oktober 2010 | 05:40 WIB

Ada sebuah percakapan unik atara seorang reporter TV dan seorang pemulung di Jakarta (remakan ini aku dapat dari temanku sesama blogger Sandi)

Beginilah kira-kira percakapannya

Reporter : Pendapat bapak tentang biaya hidup saat ini ?

Pemulung : Makin susah mbak, harga pada naik semua!! (Sambil menghisap rokoknya dalam²).

Reporter : Berapa banyak rokok yang bapak habiskan dalam sehari?”

Pemulung : 2 bungkus mbak

Reporter : Berapa rata² penghasilan bapak seharinya?

Pemulung : Gak tentu mbak, rata² 20ribu sehari

Mungkin rangkaian percakapan di atas tiada yang lucu, hehe. Tapi menurut saya pribadi sangat lucu, bahan candaan yang seru :). Dalam benakku alangkah bahagianya si pemulung jika tidak merokok. Mengapa? Wong uang hasil pulungannya (jangan cari di kamus, ini kalimat aneh si penulis) bisa di pakai buat beli laptop dan modem supaya ngeblog juga, hehe.

Beberapa fenomena unik antara rokok dan si miskin:

1. Uang untuk rokok si miskin 9 kali pengeluaran pendidikan dan 15 kali pengeluaran kesehatan

2. Data BPS menyebutkan sebagian besar dari ratusan miliar batang rokok yang diproduksi tahun 2007 (tidak jauh beda dengan tahun-tahun berikutnya), sebanyak 220-225 miliar batang dihisap oleh kaum miskin, jadi penyumbang terbesar dari industri rokok adalah kaum miskin.

3. Tren merokok meningkat pada negara-negara yang notabene miskin. Mungkinkah ini strategi pembodohan negara ketiga? hehehe, itu mah teori spionase ala penulis

4. Si miskin merokok —> uang sekolah dan uang untuk susu anak disunat —> lost generasi (bodoh, kurang gizi) —> tenaga kerja tidak berkwalitas —> miskin lagi. Hummm, lingkaran setan terus berjaya.

Mungkin sangat banyak fenomea unik antara rokok dan si miskin, mungkin teman-teman bisa tambahkan, maklum penulis hanya komentator di blog pribadi, hehe.

Salam anti miskin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar